Bentos adalah organisme yang hidup di dasar
perairan (substrat) baik yang sesil, merayap maupun menggali
lubang. Bentos hidup di pasir, lumpur, batuan, patahan karang atau
karang yang sudah mati. Substrat perairan dan kedalaman mempengaruhi pola
penyebaran dan morfologi fungsional serta tingkah laku hewan bentik. Hal
tersebut berkaitan dengan karakteristik serta jenis makanan bentos.
Keberadaan hewan bentos
pada suatu perairan, sangat dipengaruhi oleh berbagai faktor lingkungan, baik
biotik maupun abiotik. Faktor biotik yang berpengaruh diantaranya adalah
produsen, yang merupakan salah satu sumber makanan bagi hewan bentos. Adapun faktor
abiotik adalah fisika-kimia air yang diantaranya: suhu, arus, oksigen terlarut
(DO), kebutuhan oksigen biologi (BOD) dan kimia (COD), serta kandungan nitrogen
(N), kedalaman air, dan substrat dasar (Allard and Moreau, 1987); APHA, 1992).
Hewan ini memegang beberapa peran penting dalam perairan seperti dalam proses
dekomposisi dan mineralisasi material organik yang memasuki perairan (Lind,
1985).
Pengertian
Istilah foram besar
diberikan untuk golongan foram bentos yang memiliki ukuran relatif besar, jumlah
kamar relatif banyak, dan struktur dalam kompleks. Umumnya foram besar banyak
dijumpai pada batuan karbonat khususnya batugamping terumbu dan biasanya
berasosiasi dengan alga yang menghasilkan CaCO3 untuk tes foram itu sendiri.
Di Indonesia foraminifera
bentos besar sangat banyak ditemukan dan bisa digunakan untuk menentukan umur
relatif batuan sedimen dengan menggunakan zonasi foraminifera bentos besar
berdasarkan Adams (1970).
Perkembangan Foram
Besar di Indonesia
Foraminifera bentos
besar mulai aktif dipelajari di Indonesia sejak tahun 1925. Pioner-pionernya
antara lain :
- Van der Vlerk &
Umbgrove
- Rutten
- Hohler
- Tan Sin Hok
- Adam
- Hanzawa & Abe
Dalam perkembangannya di
Indonesia banyak dikembangkan oleh Vlerk & Umbgrove (1972) yaitu
mengklasifikasi umur foram berdasar klasifikasi huruf. Klasifikasi ini sangat
populer karena menggunakan huruf-huruf (Ta-Tb), klasifikasinya sangat terbuka,
cukup didasarkan pada genus-genus foraminifera besar saja. Selain itu juga ada
klasifikasi huruf oleh Adam (1970,1984).
Klasifikasi Foraminifera
Besar
Ordo foraminifera ini
memiliki bentuk yang lebih besar dibandingkan dengan yang lainnya. Sebagian
besar hidup didasar laut degan kaki semu dan tipe Letuculose, juga
ada yang hidup di air tawar, seperti family Allogromidae. Memiliki satu kamar
atau lebih yang dipisahkan oleh sekat atau septa yang disebut suture . aperture
terletak pada permukaan septum kamar terakhir. Hiasan pada permukaan test ikut
menentukan perbedaan tiap–tiap jenis. Foraminifera besar bentonik baik
digunakan untuk penentu umur. Pengamatan dilakukan degan mengunakan sayatan
tipis vertikal, horizontal, atau, miring di bawah miroskop. Pemberian sitematik
foraminifera bentonik besar yang umum ( A. Chusman, 1927):
Famili Discocyclidae
a. Genus Aktinocyclina :
kenampakan luar bulat, tidak berbentuk bintang, di jumpai rusak – rusak yang
memancar.
b. Genus Asterocyclina : kenampakan luar
seperti bintang polygonal, dijumpai rusak – rusak radier.
c. Genus Discocyclina : kenampakam
luar merupakan lensa, kadang bengkok menyerupai lensa, kadang bengkok
menyerupai pelana, kelilingnya bulat degan/ tanpa tonggak – tonggak.
Famili Camerinidae
a. Genus Asslina :
kenampakan luar pipih (lentukuler) discoidal, test besar ukuran 2 – 50 mm, di
jumpai tonggak – tonggak.
b. Genus Cycloclypeus :
kenampakan luar seperti lensa dan kamar sekunder yang siku – siku terlihat dari
luar.
c. Genus Nummulites :
kenampakan luar seperti lensa, terputar secara planispiral, hanya putaran
terluar yang terlihat, pada umumnya licin.
Famili Alveolinelliadae
a. Genus Alveolina :
kenampakan luar berbentuk telur/slllips (fusiform), panjang kurang lebih 1 cm.
b. Genus Alveolinella :
bentuk sama degan Alveolina panjang sumbunya 0,5 – 1,5 cm serta ada suatu kanal
(pre septa). Celah – celahnya tersusun menjadi 3 baris dan tersusun bergantian,
tetapi sambung menyambung.
Famili Miogpsinidae
a. Genus Miogypsian :
kenampakan luar terbentuk segitiga, lonjong hingga bulat, kadang seperti
bintang/pligonal, permukaan papilliate, sering di jumpai tongkak.
b. Genus Miogypsinoides ;
kenampakan luar terbentuk segitiga, lonjong dan kulit luarnya datar.
Famili Calcarinidae
a. Genus Biplanispira :
kenampakan luar pipih hingga seperti lensa, discoidal, hampir bilateral simetri
dengan/tanpa tonggak.
b. Genus Pellatispira : kenampakan
luar seperti lensa (lentikuler) dan bulat sering dijumpai tonggak.
Famili Orbitoididae
a. Genus Lepidocyclina : kenampakan seperti
lensa (lentiluler) pipih cembung, discoidal, permukaan test papilate, halus
reticulate, pinggirnya bisa bulat, kadang seperti batang atau polygonal.
Kegunaan Foraminifera
Besar
Kegunaan foraminifera
bentos besar dalam geologi sangat banyak, antara lain seperti :
- Menentukan umur relatif batuan
sedimen menggunakan biozonasi foraminifera bentos besar.
- Menentukan lingkungan
pengendapan batuan sedimen.
Kesimpulan
Keberadaan hewan bentos
pada suatu perairan, sangat dipengaruhi oleh berbagai faktor lingkungan, baik
biotik maupun abiotik. Dalam perkembangannya di Indonesia banyak
dikembangkan oleh Vlerk & Umbgrove (1972) yaitu mengklasifikasi umur
foram berdasar klasifikasi huruf. Kegunaan foram bentos besar dalam dunia
geologi yaitu untuk menentukan umur relatif batuan sedimen dengan menggunakan
bozonasi foram besar, menentukan lingkungan pengendapan.
Sumber
- http://ostracion.blogspot.com/2010/04/bentos.html
- Diktat Kuliah Marcelle
BouDagher-Fadel ”Foraminifera”
- BouDagher-Fadel, M.K.,
2008. Evolution and Geological Significance of Larger Benthic
Foraminifera, Developments in Palaeontology and Stratigraphy,
21, Elsevier, Amsterdam, pp 544.
sip min
ReplyDelete