Pengenalan mineral yang terdapat
pada batuan umumnya secara mikroskopis dilakukan dengan
pertolongan mikroskop polarisasi. Mikroskop demikian berbeda dengan mikroskop
yang dipakai dalam penyeledikan biologi.
Batuan yang akan di
selediki itu sebelum disayat
menjadi tipis, diletakan dengan Balsam Kanada pada sebuah
kaca tipis. Batuan yang telah diletakan pada kaca ini
kemudian ditipiskan hingga mencapai ketebalan kurang
lebih 0.03 mm. untuk mencegah agar batuan yang telah di tipiskan tidak rusak
maka ditutup dengan kaca penutup.
Pengamatan Secara Orthoskop
·
Nikol Sejajar
Setiap mineral
memiliki sistem kristalnya masing-masing: isometrik; triklin;
monoklin; tetragonal, heksagonal dan lain-lain. Setiap sistem kristal memiliki
sumbu kristal, walaupun sudut yang dibentuk oleh masing-masing sumbu kristal
antara sistem kristal yang satu terhadap yang lain berbeda. Untuk itulah setiap
mineral memiliki sifat optis tertentu, yang dapat diamati pada posisi sejajar
atau diagonal terhadap sumbu panjangnya (sumbu c). Pengamatan mikroskopis yang
dilakukan pada posisi sejajar sumbu panjang disebut pengamatan pada nikol
sejajar.
Relief
Relief
Relief adalah sifat
optis mineral atau batuan yang menunjukkan tingkat / besarnya pantulan yang
diterima oleh mata (pengamat). Semakin besar sinar yang dipantulkan atau
semakin kecil sinar yang dibiaskan oleh lensa polarisasi, maka makin rendah
reliefnya, begitu pula sebaliknya. Jadi, relief mineral berhubungan erat dengan
sifat indek biasnya; Ngelas & Nobyek. Relief mineral dapat
digunakan untuk memisahkan antara batas tepi mineral yang satu dengan yang
lain. Namun, suatu mineral memiliki indeks bias yang lebih rendah dibandingkan
kaca / air / udara, sehingga reliefnya lebih tinggi.
Pleokroisme
Yaitu sifat penyusupan mineral anisotropic dalam menyerap sinar mengikuti sistem kristalografinya. Ditunjukkan oleh beberapa kali perubahan warna kristal setelah diputar hingga 360O. Dapat diamati pada posisi terpolarisasi maupun nikol sejajar
Bentuk Kristal atau Mineral
Bentuk kristal adalah bentuk suatu kristal mineral mengikuti pertumbuhan / tata aturan pertumbuhan kristal. Bentuk kristal yang ideal pasti mengikuti susunan atom dan pertumbuhan atom-atom tersebut, atau dapat pula mengikuti arah belahannya. Sebagian besar mineral yang terbentuk oleh proses pembekuan magma di luar, menunjukkan bentuk kristal yang tidak sempurna, karena pembekuannya / pengkristalisasiannya sangat cepat sehingga bentuknya kurang sempurna, begitu pula sebaliknya. Jadi, bentuk kristal dapat digunakan sebagai parameter untuk mengetahui tingkat kristalisasi mineral secara umum.
Belahan
Belahan adalah sifat mineral yang berhubungan dengan sistem kristalnya juga. Pada umumnya, suatu mineral memiliki bentuk kristal dari suatu sistem kristal tertentu, sesuai dengan pertumbuhan kristalnya. Pertumbuhan kristal sendiri dibentuk / dibangun oleh susunan atom di dalamnya. Dengan demikian, sisi-sisi susunan atom-atom tersebut menjadi lebih lemah dibandingkan dengan ikatannya. Hal itu berpengaruh pada tingkat kerapuhannya. Saat mineral mengalami benturan / terdeformasi, maka pecahannya akan lebih mudah mengikuti arah belahannya.
Pecahan
Pleokroisme
Yaitu sifat penyusupan mineral anisotropic dalam menyerap sinar mengikuti sistem kristalografinya. Ditunjukkan oleh beberapa kali perubahan warna kristal setelah diputar hingga 360O. Dapat diamati pada posisi terpolarisasi maupun nikol sejajar
Bentuk Kristal atau Mineral
Bentuk kristal adalah bentuk suatu kristal mineral mengikuti pertumbuhan / tata aturan pertumbuhan kristal. Bentuk kristal yang ideal pasti mengikuti susunan atom dan pertumbuhan atom-atom tersebut, atau dapat pula mengikuti arah belahannya. Sebagian besar mineral yang terbentuk oleh proses pembekuan magma di luar, menunjukkan bentuk kristal yang tidak sempurna, karena pembekuannya / pengkristalisasiannya sangat cepat sehingga bentuknya kurang sempurna, begitu pula sebaliknya. Jadi, bentuk kristal dapat digunakan sebagai parameter untuk mengetahui tingkat kristalisasi mineral secara umum.
Belahan
Belahan adalah sifat mineral yang berhubungan dengan sistem kristalnya juga. Pada umumnya, suatu mineral memiliki bentuk kristal dari suatu sistem kristal tertentu, sesuai dengan pertumbuhan kristalnya. Pertumbuhan kristal sendiri dibentuk / dibangun oleh susunan atom di dalamnya. Dengan demikian, sisi-sisi susunan atom-atom tersebut menjadi lebih lemah dibandingkan dengan ikatannya. Hal itu berpengaruh pada tingkat kerapuhannya. Saat mineral mengalami benturan / terdeformasi, maka pecahannya akan lebih mudah mengikuti arah belahannya.
Pecahan
Pecahan adalah kecenderungan suatu mineral untuk hancur atau pecah secara
tidak beraturan. Suatu mineral ada yang memiliki pecahan dan belahan, namun ada
juga yang hanya memiliki pecahan saja.
Warna absorbsi, Ukuran Mineral, Indeks bias
Warna absorbsi, Ukuran Mineral, Indeks bias
·
Nikol Silang
A.
Sifat Birefringence (BF)
Standardisasi
sayatan tipis memiliki ketebalan 0,03 mm. Dalam sayatan tipis, interference mineral
harus dapat diamati, yang hanya dapat dalam sayatan tipis 0,03 mm. Warna
interference dapat dilihat dari posisi horizontal sayatan. Setelah warna
interference diketahui, pengamatan dilanjutkan melalui garis diagonalnya hingga
didapatkan sifat birefringence (BF). Dari posisi birefringence, dengan
meluruskan ke bawah melalui garis diagonal ke perpotongannya, akan diketahui
ketebalan standarnya, apakah lebih tebal atau tidak dari 0,03 mm. Orde warna
interferensi dan birefringence menggunakan tabel warna
Michel-Levy.
B.
Sifat Kembaran (Twinning)
Yaitu sifat yang
ditunjukkan oleh mineral akibat pertumbuhan bersama kristal saat pengkristalannya.
Berbentuk kisi-kisi yang dibentuk oleh orientasi pertumbuhan kristalografi.
Sifat ini dapat diamati pada posisi pengamatan nikol silang. Berhubungan dengan
sifat pemadamannya.
C. Sudut Pemadaman (Extinction)
Adalah fungsi
hubungan orientasi indikatrik dan orientasi kristalografik. Mineral anisotropik
menunjukkan gelapan pada posisi nikol silang dengan rotasi tiap 90o.
Gelapan muncul ketika kedudukan salah satu vibrasi sejajar polarizer bawah.
Dampaknya adalah seluruh sinar datang ditahan oleh polarizer atas sehingga
tidak membentuk getaran. Seluruh sinar yang melalui mineral terserap pada
polarizer atas, dan mineral terlihat gelap.
D.
Orientasi Optik
Menggunakan istilah Substraksi dan Adissi dalam pengamatannya, dan dalam
pengamatan tersebut juga digunakan istilah length fast dan length slow.
Pengamatan Konoskop
Pengamatan konoskop adalah pengamatan sayatan mineral dengan cahaya yang
mengerucut. Pengamatan ini berfungsi untuk mengetahui kenampakan gambar
interfrensi yang meliputi isogire, isofase, dan melatope. Tujuan dari pengamata
secara konoskop yaitu:
·
Untuk mengetahui
arah sayatan
·
Menentukan sumbu
optik (uniaxial atau biaxial)
·
Menentukan tanda
optik (positif atau negatif)
·
Menentukan sudut
sumbu optis (2V)
a.
Sumbu Optis Satu
(Uniaxial)
Terdapat pada mineral dengan sistem kristal
hexagonal, trigonal, dan tetragonal yang memiliki dua sumbu indikatrik. Tanda
negatif (-) ditandai dengan sinar extraordinary lebih cepat ketimbang sinar
ordinary. Sedangkan tanda ositif (+) sinar extraordinary lebih lambat ketimbang
sinar ordinary.
b.
Pengamatan Sumbu
Optis Dua (Biaxial)
Terdapat pada mineral dengan sistem kristal orthorombik, monoklin, dan
triklin dengan tiga sumbu indikatrik yaitu X (Sinar Optis), Y (Sinar
Intermediet), dan Z (Sinar Lambat).
Tanda positif (+) terjadi bila sumbu indikatrik sinar Z berhimpit dengan
garis bagi sudut lancip (BSL) dan sumbu indikatrik sinar X berhimpit dengan
garis bagi tsudut tumpul (BST). Sedangkan tanda negatif (-) terjadi bila sumbu
indikatrik sinar Z berhimpit dengan garis bagi sudut tumpul (BST) dan sumbu
indikatrik sinar X berhimpit dengan garis bagi sudut lancip (BSL).
Sumber :
Laporan Mineralogi Optik IST
Akprind Yogyakarta (Delio Manuel)
keren,,,,
ReplyDeletesuwun mas bro
Delete